KEGAGALAN adalah
keberhasilan yang tertunda, begitu nasihat yang sering kali diucapkan
seseorang kepada rekannya yang sedang mengalami kegagalan. Maksud
penyampaian nasihat ini tentu untuk memberikan semangat bahwa kegagalan
bukanlah kiamat atau akhir dari segalanya.
Oleh M. RUDITO WIDAGDO
Semua
orang pasti pernah mengalami kegagalan. Baik itu kegagalan di dalam
perdagangan, kegagalan dalam pernikahan, kegagalan dalam kuliah,
kegagalan dalam pekerjaan dan lain sebagainya. Bahkan orang-orang besar
yang terlihat bergelimang kesuksesan sekalipun pasti pernah mengalami
kegagalan di dalam hidup mereka.
Douglas McArthur mengatakan, ”There
is no security in this earth, there is only opportunity”. Dari perkataan
ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu hal yang pasti akan
terjadi di dunia ini. Tidak ada jaminan bahwa pekerjaan kita akan
sukses. Tidak ada jaminan bahwa mobil kita tidak akan mogok ketika akan
digunakan besok. Tidak ada jaminan bahwa sakit yang kita alami akan
segera sembuh. Bahkan tidak ada satu orang pun yang dapat menjamin bahwa
umur mereka akan lebih dari 1 jam lagi.
Thomas Alfa Edison, seorang
penemu besar yang telah mematenkan ribuan jenis hasil temuannya juga
sering mengalami kegagalan. Pada saat Edison mencoba untuk menemukan
lampu pijar, ia mengalami ribuan kali kegagalan dalam mencari bahan
dasar kawat pijar yang dapat digunakan. Tetapi kegagalan-kegagalan ini
tidak memupuskan semangatnya untuk terus mencoba meraih apa yang ia
harapkan.
Oleh karena itu, kita hanya dapat memanfaatkan
peluang-peluang yang tersebar luas di dunia ini. Apa pun peluang yang
ingin kita ambil, kita harus dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan
maksimal. Janganlah kita menyia-nyiakan kesempatan yang telah kita pilih
untuk dilaksanakan.
Tetapi ada beberapa kesempatan yang hanya datang
sekali menghampiri kita. Seperti kesempatan untuk membesarkan dan
mendidik anak dengan baik. Dalam menghadapi kesempatan semacam ini, kita
haruslah bertindak maksimal dengan penuh perhitungan. Karena apabila
kita gagal dalam menjalaninya, maka kita tidak akan pernah dapat
memperbaiki kegagalan tersebut. Kegagalan seperti inilah yang akan
membuahkan penyesalan diri berlarut-larut, karena tidak ada jalan keluar
untuk memperbaiki kegagalan yang telah kita perbuat. Sehingga kegagalan
ini akan terus menghantui hidup kita dan kita akan terus merasakan
dampak dari kegagalan ini.
Penyebab Kegagalan
Jika kita
menelusuri penyebab kegagalan, maka kita dapat menggolongkan penyebab
tersebut dalam dua golongan besar, yakni kegagalan karena faktor
internal dan kegagalan karena faktor eksternal.
Kegagalan karena
faktor internal adalah kegagalan yang berasal dari dalam diri kita
sendiri. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab kegagalan ini, seperti
kurang perhitungan pada saat awal melangkah, kurang hati-hati dalam
melakukan sesuatu, atau karena menganggap remeh suatu pekerjaan
tertentu. Tetapi penyebab internal yang paling sering terjadi adalah
rasa takut untuk mencoba atau memulai sesuatu kesempatan. Dengan
menghindari peluang atau kesempatan bukan berarti kita telah terlepas
dari kemungkinan kegagalan yang mungkin kita hadapi, akan tetapi kita
justru telah menetapkan kegagalan tersebut sebagai pilihan kita.
Kegagalan
internal ini akan mengakibatkan seseorang mengalami penyesalan dan
kekecewaan mendalam. Seseorang yang gagal dan mengetahui bahwa kegagalan
yang ia alami adalah buah dari kelalaian dirinya sendiri, akan merasa
sangat menyesal atas kegagalan yang ia hadapi.
Sementara kegagalan
yang diakibatkan oleh faktor-faktor luar, misalnya gangguan orang lain,
kemampuan orang lain yang lebih baik dari kemampuan kita, kecurangan
orang lain, atau nasib yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada kita.
Biasanya seseorang akan lebih mampu menghadapi kegagalan eksternal ini.
Karena dengan introspeksi dan berjiwa besar maka kita akan dapat
menghadapi kekecewaan yang ada.
Sedikit saya berikan penjelasan di
sini mengenai ”nasib gagal” yang diberikan Tuhan kepada kita. Mungkin
banyak orang yang berpikir mengapa Tuhan ”menghukum” seseorang untuk
mengalami kegagalan. Padahal orang tersebut telah melaksanakan
kesempatannya dengan maksimal, tetapi masih tetap mengalami kegagalan di
akhir usahanya. Terkadang manusia tidak tahu mengenai dampak yang akan
ia dapatkan dari suatu kesuksesan yang akan ia peroleh. Padahal bisa
jadi kesuksesan itu akan berakibat buruk bagi dirinya. Misalnya akan
merusak rumah tangganya, atau akan mengganggu kesehatannya. Sehingga
Tuhan memberikan kegagalan sebagai hasil terbaik untuk diri manusia
tersebut.
Kunci utama dalam menghadapi kegagalan adalah berjiwa
besar. Seseorang haruslah berjiwa besar dalam menghadapi kegagalan
internal ataupun eksternal. Khususnya kegagalan internal, seseorang
haruslah berani untuk mengakui kesalahan atau kelalaian yang telah ia
perbuat. Tetapi kebanyakan orang biasanya lebih senang untuk mencari
alasan atau kambing hitam atas kegagalan yang ia hadapi, sehingga orang
seperti ini tidak akan pernah bisa belajar dari kegagalan yang ia alami.
Selain
berjiwa besar, seseorang juga memiliki suatu kemampuan untuk menghadapi
permasalahan atau kegagalan yang ia alami. Kemampuan ini lebih dikenal
sebagai Adversity Quotient (AQ). Memang AQ ini lebih banyak berkembang
di masa kecil seseorang, di masa orang tua sangat berperan dalam hal
memupuk dan mengembangkan kemampuan AQ anak. Tetapi bukan berarti
seseorang yang memiliki kemampuan AQ yang kurang baik tidak akan dapat
menghadapi kegagalan yang ia alami. Ada beberapa hal yang dapat membantu
seseorang untuk tegar dalam menghadapi kegagalan yang ia alami
sekaligus meningkatkan kemampuan AQ yang ia miliki.
Berikut ini adalah beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan pada saat kita menghadapi kegagalan:
1. Pasrah kepada Tuhan
”Segala
hasil dari perbuatan, tindakan dan usaha yang kita lakukan, adalah
merupakan Hak dan Wewenang Tuhan untuk menentukannya. Kita sebagai
manusia hanya bisa berusaha semaksimal mungkin.” Jika kita dapat
memahami dan mengamalkan kalimat di atas, maka kita akan lebih mudah
dalam menghadapi suatu kegagalan.
Kemampuan seseorang untuk berserah
diri kepada nasib ini juga akan sangat membantu dalam menanggulangi
efek buruk yang mungkin timbul akibat kegagalan.
Suatu kegagalan yang
tidak dapat dilalui dengan baik akan membekas di dalam pikiran bawah
sadar seseorang. Pikiran bawah sadar mempunyai kemampuan
menimbang-nimbang setiap masukan informasi dari pikiran sadar, kemudian
dicocokkan dengan arsip yang ada pada pikiran bawah sadar yang ada
hubungannya dengan kejadian yang sama di masa lalu. Jika tanggapan
pikiran bawah sadar adalah negatif, maka pikiran bawah sadar akan
mengirimkan reaksi negatif kepada pikiran sadar, dan selanjutnya pikiran
sadar tanpa dapat dikontrol akan melakukan reaksi emosional, berupa
marah, benci, takut, iri, kikir, sedih, dan lain-lain.
Apabila
seseorang dapat melepaskan atau release kegagalan yang ia alami kepada
nasib Tuhan, maka pikiran bawah sadar orang tersebut tidak akan
menyimpannya sebagai sesuatu yang negatif.
2. Ambil Hikmah
”Pengalaman
adalah guru terbaik. Baik itu kegagalan ataupun kesuksesan.” Hal ini
mengandung arti bahwa dari semua kegagalan yang kita hadapi, kita harus
tetap berpikiran positif, dan harus dapat mengambil pelajaran dari
kegagalan tersebut. Kita harus sadar bahwa risiko dari semua tindakan
yang kita lakukan adalah sukses atau gagal.
Walaupun banyak pelajaran
yang dapat diambil dari tiap kegagalan. Tetapi justru banyak orang yang
tidak mau mengembalikan kegagalan yang ia alami ke diri mereka sendiri.
Mereka justru mengalihkan atau mengambinghitamkan kegagalan tersebut
kepada orang lain. Hal inilah yang harus dapat kita hindari. Karena jika
tetap mengambinghitamkan kegagalan kepada orang lain, kita tidak akan
pernah dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut.
3. Istirahat
Tiap
kegagalan tentu akan memancing emosi seseorang. Seperti marah, sedih,
iri dan lain sebagainya. Tentu saja efek emosional ini akan mengganggu
aktivitas yang akan kita lakukan. Oleh sebab itu ada baiknya apabila
kita mengambil istirahat sejenak ketika mengalami kegagalan. Istirahat
ini akan memberikan waktu pada diri kita untuk dapat menghindari efek
emosional yang mungkin timbul.
Panjang waktu istirahat yang
dibutuhkan tergantung pada intensitas beban dari kegagalan yang kita
hadapi. Untuk kegagalan ringan, mungkin kita hanya cukup untuk berwudu
dan melakukan sholat (bagi orang Muslim). Tetapi jika sebuah kegagalan
besar, mungkin istirahat yang dibutuhkan berupa liburan dan rekreasi.
4. Bertanya dan Evaluasi
Apabila
pikiran kita telah kembali jernih, maka kita harus dapat
mengidentifikasi penyebab dari kegagalan yang kita alami. Banyak cara
yang dapat kita lakukan, dapat dengan merenung sendiri, atau bertanya
kepada teman, orang tua, guru, atau bahkan kepada rival kita.
Setelah
kita tahu apa penyebab dari kegagalan yang didapi, maka kita dapat
menyusun sebuah peta kekuatan baru mengenai kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki, guna memulai sebuah kesempatan baru.
5. Memulai kegiatan baru
Memulai suatu kegiatan baru, merupakan salah satu solusi agar seseorang tidak larut di dalam kegagalan.
Pada
saat memulai suatu kesempatan baru, kita haruslah benar-benar siap
untuk melakukan hal-hal terbaik yang dapat dilakukan. Tetapi kita juga
harus menyadari dari awal, seluruh kegiatan yang kita mulai dapat
berakhir pada kesuksesan ataupun kegagalan.
Dan janganlah lupa untuk menggunakan peta kekuatan baru yang kita miliki.
Ada
dua kesempatan yang dapat kita lakukan. Pertama adalah tujuan baru
dengan cara lama atau tujuan lama dengan cara baru. Kedua, tujuan baru
dengan cara yang baru.n
1 comment
Terima kasih telah memuat tulisan ringan ini.
Semiga dapet memberi hikmah.
Semangat
Posting Komentar